High Fat Weekend
Wiken kemarin bener-bener deh, makan bebas bas. Tapi sadar sih, dan tetep kontrol. Pagi ini jadi lebih semangat exercisenya. Papa juga tetep lari dan latihan di gym.
Jadi ceritanya punya 250 gr cream cheese di rumah. Karena takut terlalu lama dan expired saya memututskan untuk mengolahnya. Yang pertama terpikir tentu membuat Japanese Cheese Cake yang sedang ramai dibicarakan di milis NCC. Saya membuat JCC pada malam minggu diiringi suara batuknya Damai yang sedang common cold. Adonan sempat ditinggal2 karena harus menengok dan menemani Damai di kamar. Akhirnya jadilah JCC 1 loyang oval 20 cm.
Hasilnya? Yup....yummy, enak sekali. Hanya penampilannya agak kurang sempurna. JCC mengembang bagus, namun agak retak di permukaannya, mungkin karena suhu oven terlalu panas saat memasukkan loyang. Topping selai blueberry membuat JCC ini jadi lebih enak. Benar ternyata, sepotong takkan pernah cukup.
Oiya, teksturnya pun kurang lembut akibat adukan yang kurang sempurna karena terburu2 hendak menemani Damai. Karena untuk dimakan sendiri saya pikir tak apalah dipercepat sedikit prosesnya.
Sisa creamcheese masih 1/8 kg, dan saya merasa harus menghabiskan dan mengolahnya. Kebetulan minggu depan ada yang minta dibuatkan tiramisu, waduh, kok jadi ngiler juga. Jadilah si creamcheese ini menggantikan mascarpone. Untuk mengurangi rasa bersalah, saya menggunakan roti gandum untuk menggantikan sponge cake. Saya membuat tiramisu ini saat damai tidur siang. Masih sambil batuk2 jadi sama seperti sebelumnya, membuat saya harus berkali-kali berhenti mengocok. Papanya Damai menawarkan diri untuk meneruskan, tapi saya katakan tidak perlu karena toh tidak akan bantet.
Tidak sabar menunggu kuning telur dingin(harus segera mandi, untuk ke gereja), saya langsung memasukkannya ke adonan whipcream, dan langsung langsung meneruskan pembuatannya. Selembar roti diletakkan di mangkuk, siram larutan indocafe, dituangi adonan creamcheese, roti lagi, siram larutan indocafe dan terakhir adonan creamcheese. Karena nggak ada waktu untuk mengocok whipcream lagi untuk finishing, mangkuk langsung masuk ke kulkas.
Malamnya, saya
mengocok whipcream untuk finishing tiramisu yang sudah mengeras. Setelah disemprot whipcream dan ditaburi coklat bubuk, tiramisu kembali masuk kulkas.
Tidak sampai 1/2 jam, mangkuk tiramisu udah saya keluarkan. Saya potong sedikit dan berikan ke papanya Damai.
"Rasanya gimana pa?"
"Enak," katanya. Saya bertanya amis atau tidak, katanya tidak.
Barulah saya berani mencicipi tiramisu itu. Sebelumnya masih terbayang bau kuning telur waktu mengocok, ternyata tidak terasa telur sama sekali. Enak...enak....enak..... Papa tambah sedikit lagi dan sisanya disimpan di kulkas.
Fotonya setelah dicicipi.
0 comments :
Post a Comment